Menyongsong Hari di Luton Town
09:19

Sebagai pendatang baru di Luton Town, saya harus waspada. Banyak imigran datang ke Luton dengan beragam budaya. Sebut saja Pakistan, Bangladesh, Karibia, Afrika, dan masih banyak orang dari negara antah berantah lainnya. Bersama warga kulit putih British dan Irish, mereka membentuk nadi kehidupan Luton.
Keberagaman Luton menjadi hal yang patut dirayakan sekaligus diwaspadai. Loyalitas komunitas membuat mereka sering berkonflik satu dengan lainnya. Belum lagi keisengan anak muda: mencoret-coret tembok, menendang tempat sampah, merusak pagar, parkir di tempat tak semestinya, dsb. Itulah mengapa, hampir setiap sudut kota dipasangi kamera pengintai. Gerak-gerik warga diawasi. Siapa melanggar, surat tilang langsung melayang. Denda ratusan pounds langsung menanti. Sebuah sistem yang patut diacungi jempol sekaligus membawa trauma tersendiri, salah-salah saya korban berikutnya yang ditilang karena dianggap melanggar aturan. Hmfh.

Tidak lama kemudian seorang bapak paruh baya duduk di sebelah saya. "Sulit sekali mencari pekerjaan..." katanya tiba-tiba dalam bahasa Inggris, mencurahkan isi hatinya. "Sudah tiga hari saya berkeliling, namun tidak ada hasilnya..." lanjutnya lagi.
Teringat akan kata-kata teman-teman saya untuk tidak berbicara dengan orang asing, saya hanya diam. Terbayang sudah gambar-gambar menyeramkan di kepala. Jangan-jangan laki-laki ini ingin menawari narkoba. Jangan-jangan dia ingin merampok saya. Jangan-jangan dia..... Lelaki itu kemudian menoleh ke arah saya, "Dari mana asalmu?"
"Indonesia," jawab saya singkat.
"Suka dengan Luton?"

"Apa yang paling kamu suka dari Luton?" lelaki itu mendesak saya.
"Well..." saya menarik napas panjang, menghirup kesejukan kota Luton. "Sejauh ini, mungkin udaranya..." kata saya melanjutkan.
Pria itu tersenyum. "Udara!... Hahaha. I am sure, your country much more better than England."
Kemudian dia berdiri. "Maaf sudah mengganggumu..." katanya sambil berlalu pergi.
Detik itu juga saya merasa tidak seharusnya saya bersikap acuh-tak-acuh pada orang asing atau memandang Luton sebelah mata. Apa yang terlihat di permukaan bukanlah sebuah kenyataan. Kebenarannya adalah, Luton memiliki keramahan-tamahan yang ditawarkan. Ada persaudaraan yang ingin dibangun. Tinggal bagaimana kita dapat menangkapnya. Luton membutuhkan canda tawa. Luton membutuhkan orang-orang yang saling menyapa. Namun siapa yang bisa memulai kalau bukan diri sendiri?
meanwhile, saya makan dengan lahapnya :)))
ReplyDeletewooo tikaaa fokuuusss..... :)))
DeleteMain ke museum ato pemakaman kota Den, sapa tau ada yg tersembunyi disono..
ReplyDeleteInget banget salah satu cerita di film 'Paris Je't Aime' yang settingnya di makamnya Oscar Wilde, abis liat itu jadi punya mimpi suatu saat harus bisa ke Inggris, ziarahi Agatha Christie ato Charles Dickens :))
Halo, salam kenal.
ReplyDeleteSaya baru tinggal di Luton 2 minggu. Saya ambil S2 di University of Bedfordshire.