My Diary.
to share my ups-and-downs events

Jalan-Jalan Hemat di Negri Sakura

sakura 4

Siapa bilang Jepang super mahal? Asal kita bisa menginap di hostel yang harganya terjangkau, tahu cara mengatur rencana perjalanan termasuk sistem transportasinya, hingga pandai-pandai memilih makanan yang sesuai dengan budget, dijamin image Jepang sebagai negara tak terjangkau akan berangsur-angsur hilang.

sakura 5 Beberapa bulan lalu, ketika saya merencanakan perjalanan ke Jepang, banyak teman bertanya: "Kenapa harus ke Jepang?" Saat itu saya menjawab, saya kagum pada Jepang yang begitu modern dengan kecanggihan teknologinya, namun di satu sisi mampu mempertahankan kekhasan budayanya yang berusia ratusan tahun. Keberadaan kuil-kuil traditional, profesi geisha, dan banyaknya jumlah becak Jepang adalah contoh bagaimana Negri Sakura ini terus berupaya mempertahankan budaya mereka.

Selain itu, sama seperti Indonesia, Jepang adalah Negara multikultur dengan jumlah penduduk yang banyak, dikelilingi lautan dengan ribuan pulau, serta memiliki catatan sejarah bangsa yang panjang. Berbicara soal sejarah tentu kita masih ingat akan penjajahan Jepang yang terjadi di Negri kita puluhan tahun silam? Maka mengunjungi Negri yang sering disebut sebagai the land of the rising sun ini adalah sekaligus untuk belajar membangun dan lebih menghargai bangsa kita sendiri.

Setelah mendarat di Jepang dan memulai petualangan, saya semakin sadar Jepang adalah Negri paradoks dimana sisir kecil berbahan dasar kayu bisa dijual seharga ¥10.000 (Rp 1.000.000) dan buku terkenal karya Haruki Murakami dijual hanya ¥ 100 (Rp 10.000). Di  negara dengan jumlah penduduk lebih dari 30 juta orang ini kita bisa dengan mudah menemui dewa-dewa penolong saat sedang dibingungkan dengan rute subway yang begitu kompleks. Walaupun terkesan sibuk dan dingin, orang-orang Jepang ternyata sangat suka menolong! Segala sesuatunya terasa tarik-menarik, namun inilah yang membuat Jepang begitu menarik untuk dikunjungi.

Wisata dan Berbagai Festival Gratis

becak jepang 4
Untuk menikmati keindahan Jepang, banyak tempat wisata murah meriah yang ditawarkan, beberapa diantaranya bahkan gratis! Wisata gratis ini meliputi taman (seperti Ueno Park dan Yoyogi Park), kuil dan pura (seperti Meiji-Jingu/Meiji Shrine dan Sensoji Temple), pasar (Tsukiji Fish Market), hingga area pertokoan yang sangat populer (seperti Shibuya, Shinjuku, Harajuku dan Akihabara). Kita juga bisa berfoto di depan Tokyo Tower (tiket naik ke lantai atas ¥ 1.200/Rp 120.000), ataupun menikmati sunset dari Observatori lantai 45 di Tokyo Metropolitan Government (TMG) Building. Semuanya gratis!!

Tokyo merupakan ibu kota sekaligus kota yang sangat terkenal di Jepang. Kota ini terkenal dengan sebagai kota industri yang sangat modern. Namun, bila kita ingin mengunjungi daerah dengan atmosfir kota Tokyo di masa lalu, kita bisa mengunjungi area Asakusa. Sejak jaman dulu, area ini terkenal sebagai pusat hiburan dan wisata. Area Asakusa sempat rusak karena perang dunia ke-2, namun bukan Jepang namanya bila tidak segera bangkit dan menata diri.

sakura 2 Area Asakusa terkenal dengan Dempoin temple, kuil Buddha yang dibangun pada abad ke-7, Kaminarimon (Kaminari Gate), Sensoji Temple, dan Asakusa Shrine. Di area ini terdapat pusat perbelanjaan bernama Nakamise yang menjual berbagai makanan khas tradisional Jepang serta berbagi souvenir menarik.

Mengelilingi area Asakusa cukup dilakukan dengan berjalan kaki. Namun, bila ingin mencoba pengalaman berbeda, kita bisa naik becak dengan membayar ¥ 8.000 (Rp 800.000) untuk 30 menit perjalanan. Wah mahal ya?! Yap! Namun harga ini sudah termasuk penjelasan dari tukang becak terlatih yang sekaligus berperan sebagai pemandu wisata.

Selain mengunjungi berbagai tempat wisata, jangan lupa menghadiri festival dan pertunjukan yang diadakan di pusat-pusat kota. Terutama saat musim panas, banyak festival-festival menarik yang diadakan, misalnya saja Obon Matsuri (festival arwah) yang diadakan pada pertengahan bulan Agustus setiap tahunnya. Festival ini cukup menarik karena dihadiri oleh ratusan orang Jepang yang mengenakan yukata (kimono sederhana). Saat semua orang sudah berkumpul, mereka akan membentuk lingkaran dan menari bersama diiringi musik traditional Jepang. Festival ini diadakan sebagai wujud persembahan bagi arwah para leluhur. Orang Jepang percaya arwah-arwah akan hadir dan ikut menari bersama mereka sebagai tanda sukacita.

Festival lainnya adalah festival kembang api dan festival lampion yang diadakan pada malam hari saat musim panas. Kemeriahan festival-festival ini seperti menyambut tahun baru yang penuh kegembiraan. Selain menghadiri festival, kita juga bisa menyaksikan beragam pertunjukan traditional Jepang. Pertunjukan itu diantaranya tarian Maiko/Geisha di Gion, Kyoto (IDR ¥ 2.500/Rp 250.000), pertandingan sumo (IDR ¥  2.100-14.300/ Rp 210.000 - Rp 1.430.000), hingga kabuki di Kabukiza Theater (IDR ¥ 3.000/ Rp 300.000).

Subway?? Kereta??? Monorail??? Aaaaa!!!

sakura

Selain Tokyo, sebetulnya banyak daerah lain di Jepang yang sangat menarik untuk dikunjungi. Daerah-daerah itu diantaranya Hiroshima, Kyoto, dan Osaka. Karena letaknya yang agak jauh di luar kota Tokyo, kita memang perlu menganggarkan biaya khusus untuk transportasi. Selain naik pesawat atau menumpang bullet train seperti shinkansen, bus malam seperti Willer Express bisa dijadikan pilihan! Biasanya Willer Express memiliki harga khusus untuk reservasi turis asing. Selain irit karena harganya terjangkau, dengan menumpang bis malam kita bisa sekalian menghemat biaya penginapan karena tidur di dalam bis. Bis ini memiliki kursi berbentuk couch yang memang dirancang cukup nyaman untuk beristirahat.

Bagaimana kalau saat naik bis kita lapar? Apa ada tukang jualan makanan di dalam bis? Jangan khawatir, bis malam di Jepang memiliki peraturan yang mengharuskan mereka berhenti beberapa kali di tempat peristirahatan saat sedang dalam perjalanan panjang. Tempat-tempat peristirahatannya dilengkapi dengan toilet yang sangat bersih dan convenience store yang besar. Jadi saat bis berhenti kita bisa membeli makanan atau minuman. Perut kenyang, hati senang, tidur tenang! :)

Bagaimana dengan sistem transportasi di dalam kota, seperti Tokyo? Tokyo memiliki jalur subway dan kereta dengan banyak pilihan. Walaupun jalur-jalur ini dekelola oleh beberapa perusahan berbeda, namun jalur transportasinya saling terintegrasi. Untuk memudahkan transportasi, kita bisa membeli prepaid travelcards, seperti SUICA dan PASMO yang dijual di stasiun-stasiun besar.

Menggunakan travelcards ini memiliki banyak keuntungan, misalnya saja kartu ini bisa digunakan untuk menumpang berbagai transportasi yang terintegrasi seperti subway, JR train, monorail, hingga express train. Selain itu kartu ini bisa digunakan untuk berbelanja di convenience store dan untuk membeli minuman/makanan di vending machine. Karena model pembayarannya yang berupa deposit, kita bisa mengisi kartu ini  dengan sejumlah uang yang akan berkurang sesuai pemakaian. Bila saat perjalanan usai ternyata di kartu itu masih ada depositnya, maka kita bisa menukarnya kembali untuk mendapatkan cash back.

Setiap kota memiliki model transportasi berbeda. Misalnya saja transportasi utama di Kyoto adalah bis, sedangkan transportasi di Hiroshima adalah term (kereta di tengah kota). Walaupun berbeda-beda, seluruh kota di Jepang memiliki sistem trasportasi yang terintegrasi sehingga memudahkan penumpang dalam dalam memilih transportasi yang terbaik untuknya. Namun ingat, prepaid travelcards di tiap kota berbeda sehingga kita harus memastikan dulu ya kartu yang digunakan sebelum melakukan perjalanan!

Mendaki Gunung Fuji 

sakura 1
Mengunjungi Jepang tidak lengkap rasanya bila tidak mendaki Gunung Fuji. Fujisan (Gunung Fuji) merupakan gunung tertinggi di Jepang (3.776 m) yang terletak di perbatasan perfektur Shizuoka dan Yamanashi, di sebelah barat Tokyo. Walau terkenal dengan track yang berat dan panjang, namun Gunung ini bisa didaki oleh seorang pemula sekalipun.

Untuk mencapai puncak Fujisan, ada 5 rute yang dapat kita pilih: Ochudo trail, Yoshida trail, Subashiri trail, Fujinomiya trail, dan Gotemba trail. Yoshida trail paling banyak dipilih karena aksesnya paling mudah dari Tokyo. Cukup dengan menumpang Keio Bus dari Shinjuku Station https://www.highwaybus.com/ selama 2,5 jam maka kita akan mencapai 5th station, gerbang pendakian Fujisan. Untuk menghindari cuaca dingin yang ekstrim, rute pendakian Yoshida trail hanya dibuka pada waktu summer, yakni bulan Juli-Agustus setiap tahunnya. Pada musim panas inilah ribuan orang Jepang dan turis asing dari berbagai belahan dunia berbondong-bondong mendaki puncak Fujisan.

Bagi orang Jepang, mendaki gunung adalah persembahan dan doa kepada para dewa. Sebagaimana lari marathon atau bermain golf, mereka juga menganggap naik gunung sebagai sarana olah raga. Maka mendaki Fujisan bersama ribuan orang dalam waktu bersamaan adalah pengalaman yang tak bisa dilewatkan begitu saja! Tidak ada biaya yang harus dibayarkan untuk mendaki Fujisan, alias free!

Food... Food... Food...

sakura 3

Jepang adalah surga makanan! Banyak makanan murah dan enak yang dijual di Jepang. Makanan-makanan itu mulai dari bento, ramen, sushi, udon, onigiri, dll.

Tentu kita sudah tidak asing lagi dengan Takoyaki? Yup, camilan Jepang berbentuk bulat seperti bola pingpong, berbahan baku tepung terigu dengan isian gurita dan taburan katsuobushi (serutan ikan kering) memang banyak dijual di negara kita. Di Jepang, takoyaki terasa lebih gurih dengan potongan gurita yang lebih besar. Yummie! Kedai-kedai takoyaki bisa ditemui hampir di semua daerah, di banyak tempat-tempat umum, seperti stasiun dan lokasi wisata. Harga satu porsi takoyaki ¥ 300-600 (Rp 30.000 - 60.000).

Sebelum meninggalkan Jepang, ada baiknya juga kita mencoba okonomiyaki. Makanan ini sangat terkenal di Hiroshima dan di Osaka. Okonomiyaki merupakan adonan tepung yang ditambahkan irisan kol, tauge, telur, dan tambahan isi seperti daging daging sapi, cumi-cumi, ataupun udang. Biasanya okonomiyaki juga ditambahkan udon/mie Jepang sehinga mengenyangkan perut. Rahasia kelezatan okonomiyaki terletak pada saus okonomiyaki yang dioleskan di atas campuran adonan tadi. Rasanya sungguh nikmat! Harga satu piring okonomiyaki sekitar ¥ 750-1.000 (Rp 75.000 -100.000).

Where to stay?

sakura

Selama di Jepang kita bisa menyewa dormitory budget hostel seharga ¥ 2.000-2.500 (Rp 200.000-250.000) /orang/malam. Kamar dormitory biasanya dihuni oleh 6-8 orang dengan bentuk tempat tidur berupa bunk bed (kasur susun). Kamar dormitory dibedakan menjadi 2, female only dan mixed room. Kita bisa memilih kamar sesuai dengan keinginan kita! Salah satu budget hostel yang lumayan laris di Jepang adalah Khaosan Tokyo dan J-Hoppers.

Fasilitas yang ditawarkan biasanya berupa kamar mandi dengan water heater, akses komputer dan internet gratis (termasuk layanan wifi gratis), printer, TV, mesin cuci, serta berbagi perlengkapan dapur (teko, oven, kompor, kulkas, dll) yang bisa digunakan secara sharing dengan penghuni lainnya.

Banyak pengalaman menyenangkan selama tinggal di dormitory yang tidak bisa kita dapatkan saat menyewa private room di hotel berbintang. Pengalaman-pengalaman itu diantaranya bisa mengenal teman-teman baru dari berbagai belahan dunia, mempraktekan kemampuan bahasa asing kita, mengadakan acara-acara seru bersama seperti membuat pesta atau perayaan tertentu, serta belajar untuk sharing dan bertanggung jawab atas fasilitas yang kita gunakan. Karena sifatnya yang self-service, setiap tamu yang tinggal di hostel harus memperhatikan kenyamanan bersama, misalnya dengan mencuci piring dan gelas sehabis pakai, membereskan meja, merapikan tempat tidur, dll. Dengan cara seperti ini, kita akan merasa nyaman tinggal di dormitory seperti tinggal di rumah sendiri.

So, ingin berwisata ke Jepang? Tunggu apa lagi, ayo kita rencanakan perjalanan ke Negri Sakura! :)

(DPN, 2013)
  •  
  •  
  •  
  •  
rambutkriwil rambutkriwil Author

Ziarah Leluhur Dan Makna Sebuah Kehidupan

ziarah leluhur 2

Pagi-pagi benar saya sudah dibangunkan warga, “Ayo teh, ikut ziarah leluhur.”

Angin dingin berhembus dari sela-sela jendela. Dingin yang membekukan tulang belulang hingga ulu hati. Saya merapatkan selimut, bergulung sesaat di atas matras tipis yang saya bawa dari Jakarta. Jari tangan dan kaki seperti kaku-kaku. Dari balik bilik kamar bambu ini saya mendengar gerimis jatuh membasahi tanah. Tes… tes… suaranya mendamaikan jiwa.

Perlu waktu beberapa saat sebelum saya betul-betul membuka mata dan melemaskan pergelangan kaki dan tangan. “Jauh nggak?” tanya saya.

“Ada dua tempat, yang jauh dan dekat. Boleh pilih yang mana.”

Sambil menguap saya menjawab, “Ah, saya yang dekat saja!” Bukankah jauh atau dekat keduanya akan berakhir pada satu destinasi yang sama, satu akhir yang sama, yakni sebuah pemakaman yang dipercaya sebagai makam leluhur.

Saya kemudian bangun, membuka jendela…  dan mengucapkan, "Selamat pagi Sindangbarang!"

ziarah leluhur 5

Sindangbarang merupakan sebuah desa yang terletak di Pasir Eurih, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor. Di tempat ini, setiap tahunnya diadakan acara adat Serentaun, pesta panen raya masyarakat Sunda Ladang. Acara ini dimaksudkan sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang mereka peroleh.

Serentaun sudah berlangsung sejak jaman kerajaan Pajajaran. Acara yang juga dimaksudkan sebagai upaya membangkitkan jati diri budaya masyarakat Sunda ini sempat berhenti selama 36 tahun, sebelum akhirnya dihidupkan kembali oleh masyarakat Sindangbarang dan dijadikan sebagai agenda tahunan.

Setiap tahunnya, pada bulan Muharam, selama 7 hari berturut-turut, berbagai ritual dan penampilan kesenian traditional diselenggarakan dalam acara Serentaun. Acara yang dimaksudkan untuk ngauri-uri budaya leluhur itu diantaranya adalah nandur (menanam padi), angklung gubrag (penampilan kelompok angklung yang dimainkan oleh wanita setempat), ngalalauk (lomba menangkap ikan di sungai), dan tentu saja ziarah leluhur.

ziarah leluhur 4
ziarah leluhur 6

Pagi itu, warga berkumpul di depan rumah ketua adat dengan membawa berbagai persembahan. Sambil menabuh alat musik traditional, warga kemudian berjalan menyusuri ladang dan area persawahan menuju ke makam leluhur yang letaknya tak jauh dari desa. Warga berpindah dari satu pemakaman menuju pemakaman lainnya dalam iring-iringan kelompok, nyaris seperti karnaval namun dalam keheningan yang berbeda.

Agak siang, warga membagi diri menjadi dua kelompok untuk berziarah ke makam yang letaknya lebih jauh. Saya memilih bergabung dengan kelompok pertama, karena menurut warga, letak makam ini lebih dekat dibandingkan makam yang dituju oleh kelompok kedua.

Namun, hari itu saya lupa menanyakan satu hal kepada warga. Bukan perihal jarak atau waktu yang akan kami tempuh, melainkan soal medan yang akan kami lalui. Bagaimana medannya? Apakah berat ataukah ringan?

Belum sempat saya menanyakan hal tersebut kepada warga, di hadapan saya sudah terhampar semak belukar dengan pohon-pohon tinggi menjulang. Glek, saya menelan ludah, lalu mengeringkan keringat di pelipis mata. Hutan tropis dan jalan setapak seakan mengucapkan salam pada saya, "Selamat datang di Gunung Salak!"

Gunung Salak dan Makna Kehidupan

ziarah leluhur 1

Langkah demi langkah saya lalui. Sudah hampir dua jam saya mendaki. Rasanya ingin menangis. Dimana akhir yang dinanti? Sementara kaos semakin basah karena hujan yang semakin deras dan peluh yang menjadi satu.

Saya menoleh ke belakang. Warga tersenyum. Mereka tahu penderitaan saya. Mereka tahu mungkin saja saya tak sanggup berjalan lagi untuk mencapai akhir yang dinanti. Namun, dengan kesabaran, warga setia menemani. Dari pancaran matanya terlihat bahwa mereka percaya kami akan sampai di atas bersama-sama.

“Kenapa nggak bilang dari tadi kalau medannya curam begini?” keluh saya.

Ini pertama kalinya saya mendaki gunung. Saya merasa tertipu. Seharusnya saya tahu lebih awal, ketika mereka bilang dekat bukan berarti tak berat. Muka saya memerah, menahan letih tak terkira.

“Kalau dikasih tau, nanti teteh malah nggak sampai sini,” jawab warga sambil terkekeh.

Tubuh saya semakin kesakitan. Beberapa kali saya terpeleset. Kaos putih saya pun sudah berubah warna menjadi kecoklatan serupa dengan lumpur yang membalut luka dan lecet di tangan dan kaki.

Setelah jalan, mendaki, terpeleset, jatuh, bangkit, jalan lagi, terpleset lagi, berpegangan pada akar dan rerumputan, akhirnya saya sampai pada sebuah akhir yang dinanti. Makam leluhur!

ziarah leluhur 7

Bersama warga, kami bersujud. Di hadapan kami terlihat segumpal tanah yang dipercaya sebagai makam leluhur. Makam ini dikelilingi pohon-pohon yang tinggi menjulang. Saya menengadah. Hujan turun membasahi tanah. Tanah yang dipercaya sebagai leluhur, nenek moyang, asal muasal warga Sindangbarang.

Doa-doa dilagukan. Alam sungguh agung, Tuhan maha besar. Di hadapan alam, kami melihat keindahan maharencana. Keindahan tak terbandingkan. Hujan dan kabut turun menyelimuti alam dan manusia, memberi kesan mistis, seolah leluhur sungguh hadir di antara kami.

Di antara derai hujan yang turun membasahi tanah, saya merasakan kehadiran leluhur seperti ingin menyapa kami, anak-cucu-nya yang berjuang mendaki gunung demi bertemu dengannya.

Saya langsung menyesali keluhan-keluhan yang tadi saya lontarkan. Letih tak sebanding dengan keagungan ini. Ah, betapa kita, manusia, seringkali alfa dalam mensyukuri nikmat yang diberikan alam. Bersama warga Sindangbarang, Bogor, saya belajar makna sebuah kehidupan. Kehidupan sejatinya adalah perjuangan yang tak pernah usai untuk sampai pada akhir yang dinanti.




(DPN, 2013)
Ps: Tulisan ini pernah dimuat dalam  http://www.greensands.info/ dalam versi yang lebih pendek untuk keperluan lomba.
  •  
  •  
  •  
  •  
rambutkriwil rambutkriwil Author

Tokyo Rickshaw

becak jepang 1

Saat melangkahkan kaki keluar dari penginapan di area Asakusa, Tokyo, Jepang, saya bertemu pria-pria tampan yang berdiri di pinggir jalan. Pria-pria bertubuh atletis itu berwajah rupawan, dengan senyum yang menawan. Aaaaa..... Langsung ge-er!!!! Hari pertama di Jepang, sudah dibanjiri senyum-senyum ramah dari pemuda-pemuda Jepang.

Rasa ge-er ini tidak berlangsung lama. Saat pipi saya masih bersemu merah, tiba-tiba pria tampan tadi menyodorkan brosur pada saya. "Tokyo Rickshaw" tertulis di atas brosur itu!! Ditulis dalam huruf besar dan tebal. Di bawah tulisan itu terdapat deretan angka-angka dalam mata uang yen yang membuyarkan pikiran. Apa-apaan nih?!! Jerit saya dalam hati. Kemudian saya celingukan melihat ke kiri dan ke kanan, mencari jawaban dari kebingungan ini.

Setelah menyadari bahwa di dekat kami ada deretan becak berwarna hitam dengan kursi berwarna merah terang, saya baru ngeh, ternyata pria-pria tampan ini adalah tukang becak yang sedang menawari jasa berkeliling kota naik becak!! Pantesan saja mereka begitu ramah... Hikss.

becak jepang 2Dalam bahasa Jepang, rickshaw alias becak disebut sebagai jinrikisha  (人力車), artinya "man power the car" atau kendaraan bertenaga manusia. Bila di Indonesia becak dikendarai dengan dikayuh layaknya sepeda, maka di Jepang, becak ditarik oleh tenaga manusia. Penumpangnya sendiri, biasanya terdiri dari satu hingga dua orang, duduk manis di belakang si pengemudi becak.

Di Jepang, becak Jepang banyak terdapat di distrik-distrik wisata seperti di area Asakusa, Tokyo. Area Asakusa terkenal dengan atmosfir Tokyo pada masa lalu. Tempat-tempat wisatanya terdiri dari Kaminarimon, Sensoji Temple, Asakusa Shrine, dan Nakamise Shopping Street. Selain di Tokyo, becak Jepang juga terdapat di Miyajima (sebuah pulau kecil di dekat kota Hiroshima) dan Kyoto.

Pagi itu, dengan semangat 45 saya mengawali hari menelusuri area Asakusa di Tokyo, Jepang. Saat itu pukul 08.00, area Asakusa masih belum begitu ramai. Mayoritas orang Jepang mengawali kegiatan mereka di luar rumah pada pukul 08.30 sehingga suasana kota masih tergolong lenggang.

Bila selama ini saya mengenal Tokyo sebagai kota yang modern dan serba canggih, namun di area Asakusa, suasana Tokyo lawas mampu bersaing dengan kemajuan jaman. Keberadaan becak-becak Jepang ini buktinya! Dengan keberadaan becak-becak Jepang, suasana Tokyo hadir seperti masa lalu, seperti suasana Jepang yang sering muncul dalam film-film kolosal Jepang abad ke-18.

becak jepang 4
Penasaran, keesokan harinya saya kembali ke area Asakusa, tepatnya menuju daerah dekat sungai Sumida dengan jembatannya yang berwarna merah (Azuma Bridge). Di dekat stasiun Asakusa ini terdapat banyak tukang becak yang berusia sekitar 20-35 tahun sedang menawari jasa mereka kepada orang-orang yang berlalu lalang. Kalau sebagian besar anak muda di negri kita malu mengerjakan pekerjaan-pekerjaan kasar, di Jepang anak muda tidak malu jadi tukang becak.

Saat sedang mengamati tukang becak yang sedang bertugas, seorang pemuda menyapa saya. Wajahnya lumayan oke dengan kulit berwarna coklat, khas orang Asia. Pemuda itu mengenakan kaos putih, celana pendek, sepatu teplek, dan sesuatu semacam celemek di dada. Dari penampilannya, saya menyimpulkan profesinya sebagai tukang becak.

becak jepang 3

"Where do you come from?" tanya pemuda itu, ramah. 

"I come from Indonesia," jawab saya singkat. 

"Aaa, Indonesia!" serunya. "Jakarta?"

"No, Yogyakarta."

"Aaa... Jakarta?"

"No, Yogyakarta!" Kami kemudian tertawa. Banyak orang Jepang yang tidak bisa membedakan pelafalan kota Jakarta dan Yogyakarta, sehingga menyebutkan kota asal saya di Indonesia sering saya jadikan guyonan untuk berbicara dengan penduduk lokal.

"I see... I see..." kata pemuda itu dengan senyum mengembang. *meleleh*

Setelah berbincang-bincang selama beberapa waktu, akhirnya saya tahu nama pemuda itu Satolu Nakanishi, "Just call me Lou," katanya, bersahabat.

Lou adalah pemuda Jepang yang sadar akan perkembangan jaman. Ia mempraktekkan bahasa Inggris di negri Britania Raya sembari berkuliah di Bradford University untuk program pendidikan Conflict Revolution. "That's why you speak English very good," puji saya. Lou mengangguk, "Yes, I do."

Dari Lou saya mengetahui bahwa mayoritas pengemudi becak di Jepang menjadikan pekerjaan ini sebagai profesi sampingan. Profesi utama mereka sendiri beragam, mulai dari polisi, guru, hingga mahasiswa. Bila Lou sudah bekerja sebagai pengemudi becak selama 5 tahun, maka salah seorang temannya telah menekuni profesi ini selama 12 tahun.

Untuk menumpang becak Jepang kita harus merogoh kocek lumayan dalam. Tarifnya 8.000 ¥ (Rp 800.000) untuk 30 menit perjalanan. Biasanya turis akan menumpang becak selama 30 hingga 60 menit perjalanan keliling kota.

Dalam sehari para pengemudi becak ini rata-rata membawa penumpang berkeliling kota hingga 10 kali. Bayangkan berapa pendapatan mereka dalam sehari!! Lou kemudian bercerita bahwa tahun lalu ia mengantar seorang turis asing menuju Yokohama dengan mengendarai becaknya itu. Perjalanannya sendiri memakan waktu hingga 4 jam dengan menarik becak.

"You must be very healthy," kata saya pada Lou. Dia terkekeh.

becak jepang 5Walaupun kelihatannya mudah, tinggal menggunakan kemampuan fisik lalu memiliki banyak uang, namun menjadi tukang becak di Jepang tidak sesederhana itu. Para pengemudi becak ini harus terdaftar menjadi salah satu anggota dari kelompok becak yang ada di Jepang, seperti Tokyo Rickshaw, Ebsu-ya, atau Jidai-ya. Mereka juga diharuskan mengikuti kursus pariwisata yang diadakan oleh lembaga promosi pariwisata setempat. Mereka disiapkan tidak hanya untuk mengantar penumpang dari satu tempat ke tempat lainnya, namun sekaligus berperan sebagai pemandu wisata.

"What makes you enjoy becoming a rickshaw rider then?" tanya saya pada Lou saat mengetahui pekerjaan utamanya di lembaga Conflict Revolution. Mungkin penghasilan dari pekerjaan itu sudah cukup untuk menghidupi dirinya.

Lou kemudian bercerita ketika ia kuliah di Inggris, banyak orang bertanya mengenai Jepang, mulai dari sejarah hingga kebudayaannya. "At that time I realized I know nothing about my country." Dengan menjadi tukang becak Lou bisa bercerita mengenai Jepang kepada orang atau teman yang datang dari Negara lain.

Jika Lou menggunakan becak sebagai media untuk mempertahankan kelestarian sejarah dan kebudayaan Jepang, bagaimana dengan kita? Apa yang sudah kita lakukan untuk menjaga kekayaan alam dan budaya bangsa Indonesia?

Lou kemudian menawari saya berkeliling dengan becak, "Want to go around the city by rickshaw? Don't be shy," katanya. Saya menggeleng. Kantong saya bolong, dirogoh sampai dalam pun tak akan keluar uang untuk naik becak. Hahaha!



[DPN, 2013]

  •  
  •  
  •  
rambutkriwil rambutkriwil Author

Grandpa's Funeral


My grandpa has passed away, just one hundred days after his wife, my grandma, has left him. In the last moment, my grandpa told the whole family, "I don't want anything, but my wife." He closed his eyes, and the eyes closed forever.

It is always hard for me, I am sure also for everyone else, to lose our beloved one. Grandpa very means for me. Recalling my memories when he was alive makes me feel sad over more than realized he has passed away. Memories can only be remembered, but it will never happen for the second or third time.

By the way of his life, grandpa always told me about sincerity, patience, and gratitude of what do we have. It is so important, he said, more important than all the material belongings we always proud of.

I miss all the moment when he laugh, worried about me, gave me advices, did many things that sometimes felt no sense. Then I should say, we may have someone's love, soul, or body, but we may not determine someone's destiny.

If some time ago grandpa looked so excited for the holy sacrament he had received, now on I am sure grandpa feels happy since he can live a life together with my grandma, his beloved one.

Beside grandma's grave, granpa's body was buried. We were crying for losing someone we love. As the fact of losing someone always followed by a hope, I know my grandpa lives in a better place now.

May you rest in peace, grandpa.... Your faith guided you to pass the life. I am happy for you and always love you.....

Some writings about my grandparent:

1. "Faith is taking the first step even when you can't see the whole staircase."
2. Rest in Peace, Eyang...
3. Pencitraan Diri Dalam Foto 




rambutkriwil rambutkriwil Author

Memoirs of Hiroshima

hiroshima 5
A Bomb Dome.
     War is the work of man.
     War is destruction of human life.
     War is death.
     To remember the past is to commit one self to the future.
     To remember Hiroshima is to abhor nuclear war.
     To remember Hiroshima is to commit oneself to peace.
        
     (25 February 1981, Hiroshima Peace Memorial Park,
     His Holiness Pope John Paul II)

Beberapa hari yang lalu, tepatnya tanggal 21 September 2013, diperingati sebagai hari perdamaian dunia. Apakah perdamaian dunia itu nyata? Mari kita banyangkan situasi di bawah ini:

Pada hari yang cerah, 68 tahun lalu, seorang bocah laki-laki lahir ke dunia. Dalam suka cita, keluarga bocah itu merayakan kehadirannya.

Tak lama kemudian, tanpa sedikit pun belas kasih, sebuah bom atom meledak tepat di atas kota dimana bocah itu dilahirkan. Ledakan yang begitu besar, pedih, dan menyakitkan. Hanya diperlukan satu ledakan saja untuk merenggut kebahagiaan dan harapan keluarga si bocah.

Bocah itu selamat, namun seluruh keluarganya tewas.

Dalam panti asuhan, bocah itu hidup terasing. Ia hidup dalam kesulitan dan kesakitan. Yang lebih menyedihkan, ia tak mampu merasakan kasih dan kebahagiaan dari keluarganya lagi.

Waktu berlalu. Saat ini, bocah itu hidup sebagai a lonely old hibakusha. Hibakusha, dalam bahasa Jepang, berarti "korban bom atom" atau "korban radiasi nuklir."

"I have never once been glad I survived," katanya suatu ketika. Ingatan akan kehilangan keluarga tercinta, diskriminasi, dan bagaimana ia menderita masih terbayang di kepala.

hiroshima 3

Bocah dalam cerita itu adalah korban, satu dari ratusan ribu korban ledakan bom atom yang dijatuhi Amerika pada tanggal 6 Agustus 1945 di kota Hiroshima, Jepang. Tercatat 140.000 orang tewas dalam ledakan di Hiroshima, dan 80.000 orang tewas dalam ledakan kedua yang terjadi 3 hari kemudian di kota Nagasaki.

Dalam peristiwa tersebut, tak terhitung jumlah korban luka-luka baik berat maupun ringan. Kebanyakan dari mereka mengalami patah tulang, rambut terbakar, kulit mengelupas, dan kuku-kuku tecabut lepas. Banyak korban selamat yang awalnya terlihat sehat baru merasakan dampaknya setelah 10-20 tahun paska kejadian. Kesehatan mereka tiba-tiba merosot tajam, hingga akhirnya tutup usia.

Kisah bocah di atas adalah ilustrasi yang saya kutip dari lembar "Peace Declaration" yang ditulis oleh Matsui Kazumi, Walikota Hiroshima. Peace Declaration dibacakan pada hari peringatan Atomic Bomb Day ke-68, 6 Agustus 2013.

Rasa sakit, amarah, derita, luka, dan kesedihan yang mendalam masih terbayang di ingatan. Bersama ratusan ribu korban lainnya yang selamat, hibakusha berjuang untuk berdamai dengan penderitaan masa lalu. Melalui ingatan-ingatan yang pedih dan memilukan, mereka menyerukan perdamaian dunia. Bagi merereka, perdamaian dunia belum nyata selama teknologi nuklir masih terus dikembangkan oleh negara-negara maju.

Dalam "Peace Declaration", Matsui Kazumi menulis, "...the atomic bomb is the ultimate inhuman weapon and an absolute evil. The hibakusha, who know the hell of atomic bombing, have continuously fought that evil."

Saat ini, hibakusha, yang rata-rata berusia 78 tahun, terus berusaha menyerukan perdamaian dunia. Mereka berharap, setiap orang dari seluruh dunia ikut menyebarkan semangat ini.

Mengingat kembali kejadian ledakan bom atom yang terjadi 68 tahun lalu, Matsui Kazumi mengajak kita semua, "... to do everything in our power to eliminate the absolute evil of nuclear weapons and achieve a peaceful world."

*

hiroshima 7
Pengunjung Hiroshima Peace Memorial Museum mengamati foto yang menampilkan wajah Hiroshima yang rusak parah akibat ledakan bom pada 6 Agustus 1945.
hiroshima 1
Salah satu diorama museum yang menunjukkan efek bom terhadap tubuh dan pakaian manusia.
Mengunjungi Peace Memorial Park, saya sendiri hanya bisa termenung menyaksikan bagaimana bukti kejahatan sebuah peperangan dipaparkan. Peace Memorial Park dulunya adalah jantung politik dan ekonomi kota Hiroshima. Karena alasan itulah maka area ini dijadikan target operasi peledakan bom oleh Amerika Serikat. Pemerintah Jepang sengaja menjadikannya sebagai Peace Memorial Park untuk mengingatkan masyarakat akan tragedi bom atom yang terjadi puluhan tahun silam.

Peace Memorial Park adalah sebuah lahan seluas 120.000 meter persegi. Di tempat ini terdapat bangunan berupa Peace Memorial Museum, A Bomb Dome, Children's Peace Monument, Genbaku Dome (Monumen Perdamaian Hiroshima), dan taman kota. Setiap tanggal 6 Agustus, pemerintah Jepang menjadikan Peace Memorial Park sebagai tempat peringatan Atomic Bomb Day.

Tak jauh dari Peace Memorial Museum terdapat A Bomb Dome, pilot's target peledakan bom atom. A Bomb Dome sendiri dulunya adalah bangunan Prefectural Industrial Promotion Hall, tempat promosi industri Hiroshima. Ketika bom atom diledakkan di atas kota Hiroshima, hanya sedikit bangunan yang mampu bertahan, A Bomb Dome salah satunya. Oleh pemerintah Jepang bangunan ini sengaja dijadikan situs sejarah untuk mengingatkan kita akan kekejaman sebuah peperangan.

Saat mengunjungi lokasi Hiroshima Peace Memorial Park, saya mendapati matahari bersinar terang, langit berwarna biru, awan putih berarak, dan burung-burung terbang di udara. Menurut keterangan Peace Memorial Museum, suasana hari yang cerah seperti itu persis seperti ketika bom atom diledakkan di atas kota Hiroshima. Saya jadi membayangkan, bagaimana kalau tiba-tiba sebuah bom kembali diluncurkan saat saya sedang menikmati keindahan kota ini..... hfff.....

hiroshima 4
Hiroshima adalah kota cantik yang dililit sungai-sungai dengan banyak tumbuhan hijau.
hiroshima 6
Ribuan origami dibuat oleh masyarakat Jepang sebagai seruan perdamaian dunia. Bagi orang Jepang, origami berbentuk bebek menggambarkan pengharapan yang sangat besar.
hiroshima 2
Sejumlah orang lanjut usia mengunjungi Hiroshima Peace Park.

Satu hari sebelum berangkat menuju Hiroshima, seorang teman yang pernah mengunjungi kota yang terletak di wilayah Chugoku ini mengatakan, "Hiroshima is beautiful, but sad." Menginjakkan kaki di Hiroshima saya menyadari, apa yang dikatakannya tak jauh berbeda dengan yang apa yang saya rasakan.

Hiroshima memang kota yang indah. Kota ini dikelilingin sungai-sungai cantik dengan pohon-pohon teduh di pinggirnya. Siapa sangka, di kota seelok ini, sebuah tragedi memilukan pernah terjadi.

Sebelumnya, sejak jaman Meiji hingga berakhirnya Perang Dunia II Hiroshima dikenal sebagai pusat industri militer dan logistik untuk keperluan perang. Sejak Jepang melancarkan serangan mendadak melumpuhkan Angkatan Laut US di pangkalan Pearl Harbor, Hawai, pada 7 Desember 1941, Amerika Serikat bertekad untuk perang melawan kekaisaran Jepang. Belajar dari kesalahan dan penderitaan masa lalu, kini, Hiroshima mencoba untuk menata diri.

Dalam sebuah diorama di Hiroshima Peace Memorial Museum, mata saya berkaca-kaca mendengar suara seorang ibu berteriak, "Tolong... Tolong..." sesaat setelah ledakan bom terjadi. Ibu itu berusaha meminta bantuan orang yang lewat untuk menyelamatkan anaknya yang sekarat di bawah bangunan rumah yang ambruk. Tak ada orang yang datang membantu, semua orang bingung dan sibuk menyelamatkan dirinya masing-masing.

Ibu itu pun melihat kondisi tubuhnya yang compang-camping, penuh darah dan luka. Ia merintih kesakitan, ia tak mampu berbuat banyak. Sambil menangis dan dengan diliputi dilema dan penyesalan luar biasa, ia meninggalkan anaknya pergi.

Kisah si ibu adalah satu dari sejumlah kisah yang dipaparkan di Peace Memorial Museum. Sejarah mencatat bahwa bom atom telah menewaskan ratusan ribu korban jiwa, menghancurkan bangunan, meluluh-lantakkan kota. Para peneliti memperkirakan, membutuhkan waktu selama 75 tahun agar tumbuhan bisa kembali tumbuh di Hiroshima. Tapi siapa sangka, hanya memerlukan waktu satu musim semi untuk melihat kembali daun-daun berwarna hijau tumbuh pada tangkai-tangkai pohon.

Daun-daun hijau yang tumbuh dan bunga-bunga yang kembali bermekaran adalah harapan baru bagi Hiroshima. Maka dari Hiroshima kita belajar berdamai dengan masa lalu dan menjadikan kenangan pahit sebagai kekuatan dan harapan menyambut masa depan (DPN, 2013).
  •  
  •  
  •  
  •  
rambutkriwil rambutkriwil Author

Maiko's Dancing

maiko (4), dpn 2013 

Bertemu geisha di Gion, Kyoto, membawa saya pada dunia imajinasi. Saya menebak-nebak apa yang sedang mereka pikir atau rasakan. Apakah mereka sedang senang atau sedih? Di balik dandanan yang khas berwarna putih pekat dan gincu merah, seorang geisha menyimpan rahasia diri sehingga setiap orang yang melihatnya bebas menafsirkan senyum atau tawa mereka sesuka hati.

Geisha berasal dari kata "gei" yang berarti seni atau pertunjukan, dan "sha" yang berarti orang. Secara singkat istilah geisha dapat diartikan sebagai "orang seni" atau orang yang mengabdikan dirinya pada kesenian dan ketrampilan untuk menghibur. 

Sejak kecil, seorang geisha berlatih tari, menyanyi, dan memainkan alat musik. Mereka juga dibekali pengetahuan sejarah dan kebudayaan. Dengan ilmu dan ketrampilan yang mereka miliki, geisha hadir di berbagai pesta untuk menghibur tamu undangan. Semakin professional seorang geisha maka semakin mahal harga yang harus dibayar untuk mengundang mereka hadir dalam suatu acara. 

Selama ini profesi geisha sering dikonotasikan dengan aktifitas prostitusi. Mereka dianggap sebagai "wanita penghibur" (dalam tanda kutip). Mitos ini terbentuk sejak jaman masa pendudukan Amerika Serikat di Jepang. Profesi geisha sendiri sudah ada sejak abad ke-18 dan berkembang pesat pada abad ke-19. Walaupun jumlahnya tidak sebanyak dulu, namun profesi geisha masih eksis hingga kini.

Ketenaran cerita geisha membuat banyak orang penasaran. Mereka menjadikan perburuan geisha sebagai objek wisata yang menantang. Setiap sore, puluhan hingga ratusan orang memadati Gion untuk bertemu geisha. Bila ada seorang geisha yang berjalan di antara kerumunan massa, sudah pasti semua orang akan berlari memburu foto geisha tersebut.

maiko (5), dpn 2013 

Sore itu, saya melihat dua orang geisha berjalan elegan. Dengan langkah anggun, dagu terangkat, dan tangan terlipat di dada memegang kotak kimono, mereka melintasi gang sempit di antara rumah-rumah kayu traditional yang ada di Gion, Kyoto. Mereka mengenakan kimono berbahan sutra dan sepatu berhak tebal.

Salah seorang teman saya, Narastika, menyapa geisha itu. "Maiko, berhenti dong..... foto dong....". Di Kyoto, istilah 'maiko' mengacu pada geisha pemula, usianya berkisar antara 12-20 tahun, sedangkan 'geiko' merupakan geisha professional, usianya di atas 20 tahun. 

Bukannya berhenti, kedua geisha itu justru mempercepat langkahnya. "Aaa.... tidak mau. Saya malu. Saya tidak cantik," jawab salah seorang dari mereka dalam bahasa Jepang. Di sebelahnya, rekannya sesama geisha terkekeh. Mereka kemudian melanjutkan langkahnya menuju rumah minum teh, tempat mereka bekerja.

Sudah bukan rahasia umum bila ada yang mengatakan bahwa mendapatkan gambar geisha yang sedang melintas di Gion tidak semudah yang dibayangkan. Seseorang pengunjung Gion, di sebelah saya berkomentar, "Mereka berjalan seperti bayangan. Sekelibat, lalu menghilang.”

maiko (1), dpn 2013
maiko (2), dpn 2013

*
Apa yang saya ketahui soal geisha sebagian besar saya dapatkan dari buku berjudul "Memoirs of Geisha" karangan Arthur Golden. Buku itu bercerita tentang Sayuri, seorang anak dengan mata biru-kelabu yang mempesona. 

Sayuri berasal dari keluarga nelayan miskin. Oleh ayahnya ia dijual ke sebuah rumah geisha (okiya) untuk bekerja sebagai pelayan. Awalnya Sayuri ingin melarikan diri dari rumah itu, namun nasib berkata lain. Oleh seorang geisha professional, Sayuri diangkat dan dididik menjadi geisha terkenal.

Mameha, geisha professional itu, membekali Sayuri dengan ilmu dan ketrampilan dalam berkesenian. Ia juga membelikan alat musik, kimono, dan sepatu berkualitas. Selama mengikuti pendidikan menjadi geisha, Sayuri diharuskan mematuhi berbagai peraturan dan strategi yang dibuat Mameha. Mameha mengatur rencana agar Sayuri bisa mendapatkan 'harga jual' yang tinggi. Dengan harga jual tersebut, Sayuri mampu mengalahkan pesaing-pesaingnya untuk mendapatkan danna yang kaya raya. Danna adalah seorang pria yang akan menyokong kehidupan geisha. Dengan uang yang didapatkannya itu, Sayuri membayar hutang kepada okiya, tempatnya bekerja.

Kisah Sayuri adalah kisah geisha pada awal abad ke-19. Lalu bagaimana dengan kisah geisha masa kini? Apakah semua geisha memiliki masa lalu yang sulit dan getir seperti milik Sayuri? Sayangnya, saya tidak berhasil berbicara langsung dengan mereka sehingga tidak tahu jawab pastinya.

maiko (3), dpn 2013  

Selama mengunjungi Gion, pusat distrik geisha di Kyoto, saya sering bertemu geisha yang terlihat eksklusif (berjalan sendiri, tidak mau difoto, dsb) namun tak jarang saya bertemu geisha yang tampil kasual. Mereka berjalan santai, menyapa teman atau kerabat yang tak sengaja mereka temui di jalan, tersenyum, berbicara dengan rekan sesama geisha, dan sesekali tertawa. Beberapa geisha terlihat belia. Wajahnya ceria. Tidak ada tanda-tanda kehidupan yang sulit dan berliku seperti milik Sayuri. 

Mengunjungi Gion dan bertemu dengan banyak geisha professional membuat saya sadar bahwa geisha adalah manusia biasa. Di luar kimono yang mereka kenakan, tentu saja seorang geisha memiliki ceritanya masing-masing. Sebagaimana manusia pada umumnya, mereka membutuhkan teman untuk bersosialisasi, namun ada kalanya memerlukan ruang privasi. Beberapa kali saya bertemu geisha berwajah sendu atau murung. Mungkin, mereka merasa tidak nyaman ketika puluhan orang berdesak-desakan mengelilinginya untuk foto bersama.

Ketika sedang menunggu geisha yang melintas, seorang fotografer asal Qatar bertanya, "What if I want to see their performances?"

"You can't," jawab seorang fotografer asal Australia. Menurutnya, hanya orang Jepang yang bisa hadir dalam pesta untuk melihat mereka menunjukan kebolehannya. "Only if you have a Japanese friend, who is very rich, attends the party, and he invites you to come along," jelasnya. 

Seiring perjalanan waktu, beberapa pusat pertunjukan menampilkan Maiko's dancing (pementasan tari oleh geisha pemula). Dalam panggung-panggung pertunjukan itu turis, fotografer, dan masyarakat umum bisa menyaksikan pementasan geisha. Harga tiketnya sekitar 2.000 - 3.000 ¥ (sekitar Rp 200.000-300.000).

Beruntunglah pada hari terakhir kunjungan saya ke Kyoto, saya sempat menyaksikan pementasan maiko secara gratisss!!! Pementasannya sendiri diadakan di Miyakomesse,  The Kyoto International Exhibition Hall. 

Dalam pementasan itu seorang maiko (geisha pemula) membawakan tarian traditional Jepang dengan gemulai dan penuh penghayatan. Pada akhir acara, geisha itu  mengenalkan istilah-istilah kimono yang digunakannya. Sambil mengangkat tangannya, geisha itu menunjukkan detil-detil rancangan kimono yang cantik. 

Selama pertunjukan berlangsung (saat menari) pengunjung tidak diperkenankan mengambil gambar atau merekam video. Mungkin dengan cara itu, pengunjung bisa fokus menikmati pertunjukan, dan tanpa kamera dan alat perekam yang menyorot wajahnya, geisha tersebut bisa sepenuhnya hadir sebagai seniman penghibur traditional Jepang. (DPN, 2013).

  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
rambutkriwil rambutkriwil Author

14 Jam Menuju Hiroshima

Willer Bus yang saya tumpangi dari Tokyo sudah ramai dengan penumpang. Arloji menunjukan pukul 11 malam waktu Shinjuku. Saya mendapat kursi bernomorkan 6D, tepat di dekat jendela.

Karena tubuh masih pegal akibat pendakian Fujisan tempo hari, saya langsung merebahkan diri di atas couch yang tersedia. Istirahat dan tidur nyenyak, hanya itu yang saya inginkan!! Tapi yang terbayang di depan mata justru perjalanan menuju Hiroshima dalam sebuah bis malam yang akan terasa panjang dan melelahkan.

Tak lama kemudian, seorang wanita muda datang, lalu duduk di sebelah saya.

Wanita itu berusia sekitar dua puluh tahun, berkacamata, berambut panjang sebahu dengan poni menutupi sebagian keningnya. Dia terlihat manis dengan jepit rambut berwarna pastel. Wanita itu tidak banyak bicara.

Setelah bis mulai bergerak meninggalkan Shinjuku Station, saya memberanikan diri menyapa wanita itu. "Are you living in Hiroshima?"

"Once again??" tanyanya, sambil mendekatkan kupingnya pada wajah saya.

Aha! Sebuah respon yang baik! Tidak banyak orang Jepang berbicara dalam bahasa Inggris, dan usaha perempuan ini untuk memahami pertanyaan saya bisa dikatakan mengesankan. Maka saya ulangi lagi pertanyaan saya. Lebih pelan, lebih jelas. Kali ini dengan jeda yang panjang. "Arrrre youuu..... livinggg...... in Hiroshimaaa.... ?"

"Aaaa.... Yes! Yes!" serunya kemudian. Tergesa-gesa dia melempar balik pertanyaan pada saya, "Are you a tourist?"

Awalnya saya agak terkejut dengan istilah 'turis' yang digunakannya. Apakah saya turis? Selo banget jadi turis... hahaha. Kemudian saya menjawab, "Yes!" dengan nada tinggi seperti dirinya.

"Aaaaa.... Tourist!! Tourist!!" dari ekspresi wajahnya, wanita yang akhirnya saya tahu bernama Yoshiko itu kelihatan senang. Dia mengaku tak pandai bahasa Inggris, namun itu tidak masalah. Kebaikan hati dan keramahannya sungguh luar biasa.

Saya dan Yoshiko berbicara mengenai banyak hal: mengenai univesitas tempat dia berkuliah, mengenai the best Oknonomiyaki dan Takoyaki in town, mengenai Shakespare dan roman Romeo and Juliet-nya, mengenai pendakian Fuji yang beberapa hari lalu saya lakukan, hingga kisah persahabatan dan penghianatan yang dirasakan Oda Nobunaga, seorang pemimpin Jepang pada masa lalu.

"Oda Nobunaga very strong, very charismatic," kata Yoshiko mengawali kisahnya tentang pemimpin Jepang pada abad pertengahan itu. Kata Yoshiko, Oda Nobunaga memimpin ratusan ribu pasukan untuk memenangkan pertarungan. Di tengah perjuangannya, salah seorang kepercayaannya, Mitsuhide, berkhianat. Penghianatan Mitsuhide meninggalkan luka dan kesedihan yang begitu mendalam. "Then, there is Hideyoshi who killed Mitsuhide. Hideyoshi is the Taiko."

Banyak literatur sejarah yang menceritakan tentang kisah hidup Hideyoshi. Dari buku berjudul "Taiko" saya mengenal Toyotomi Hideyoshi, atau sang Taiko, sebagai tokoh pemersatu Jepang.

Hideyoshi, atau yang sering dipanggil dengan sebutan "si monyet", lahir dari sebuah keluarga petani miskin.  Dia kemudian menjadi pekerja kelas rendah untuk Oda Nobunaga. Pekerjaannya antara lain sebagai pembawa sendal, tukang kayu, dan kepala bagian dapur. Namun karena kecerdasan, keuletan, kerja keras, dan keberaniannya, Hideyoshi menjadi terkenal di kalangan pengikut Nobunaga.

Berbagai tugas dan tanggung jawab dikerjakan Hideyoshi penuh pengabdian dan tanpa mengeluh. Hal ini membuat Oda Nobunaga memberinya kepercayaan untuk memimpin pasukan. Dengan pasukan yang dimilikinya, Hideyoshi berhasil menghentikan perang yang telah berkecamuk sejak lama. Hideyoshi adalah tokoh pemersatu Jepang.

Sebelum meninggal, Hideyoshi  membangun Osaka Castle (Istana Osaka) di bekas kuil Ishiyama Honganji. Osaka Castle dibangun sebagai istana sekaligus benteng pertahanan. Seorang penguasa dari Kyushu memuji kemegahan dan kemewahan Osaka Castle sebagai "tiada dua-nya di Jepang".

*

Cerita Yoshiko membawa saya kembali pada abad ketika kisah-kisah heroik samurai menjadi buah bibir para petani di pinggir kota kecil, ketika banyak ninja bertugas dalam kesenyapan menyusupi benteng musuh, dan ketika seluruh lapisan masyarkat bahu membahu membangun benteng-benteng pertahanan. Itulah sejarah yang membentuk nadi kehidupan Jepang masa kini.

"Is the samurai still exist until today?" tanya saya, polos.

"Maybe.... Hahahahaa." Yoshiko tertawa. Dia kemudian mengambil sebuah notes kecil, menuliskan beberapa nama samurai terkenal di Hiroshima. "These samurais very famous, maybe you will meet one of them." katanya, masih dengan tawa. Tawanya membuat saya tidur lelap, kemudian.

"What makes you come to Hiroshima?" tanya Yoshiko sebelum memejamkan mata.

"To know... how to release from the past life pain," jawab saya singkat.

Yoshiko mengangguk singkat. Gambaran tentang peledakan bom atom yang menewaskan 140.000 jiwa mungkin terbayang di kepalanya. Kami tahu, sejarah sebuah bangsa tidak lepas dari cerita akan persahabatan dan penghianatan yang terjadi dalam kehidupan manusia. Sebuah bangsa yang besar akan belajar dari sejarahnya untuk menyambut masa depan.

Malam semakin pekat. 14 jam menuju Hiroshima  tidak lagi terasa mengerikan.




[Hiroshima, DNP 2013
Belajar menjadi manusia yang berjiwa besar.]
  •  
  •  
  •  
rambutkriwil rambutkriwil Author

rambutkriwil

chronicle of a curly girl to live a life

Featured Post

MOVE TO RAMBUTKRIWIL.COM

HI YOU! NOW THIS BLOG MOVE TO RAMBUTKRIWIL.COM NOW THIS BLOG MOVE TO RAMBUTKRIWIL.COM   NOW THIS BLOG MOVE TO RAMBUTKRIWIL.COM   SE...

Latest Posts

Instagram Post!

Followers