My Diary.
to share my ups-and-downs events

Jalan-Jalan Hemat di Negri Sakura

sakura 4

Siapa bilang Jepang super mahal? Asal kita bisa menginap di hostel yang harganya terjangkau, tahu cara mengatur rencana perjalanan termasuk sistem transportasinya, hingga pandai-pandai memilih makanan yang sesuai dengan budget, dijamin image Jepang sebagai negara tak terjangkau akan berangsur-angsur hilang.

sakura 5 Beberapa bulan lalu, ketika saya merencanakan perjalanan ke Jepang, banyak teman bertanya: "Kenapa harus ke Jepang?" Saat itu saya menjawab, saya kagum pada Jepang yang begitu modern dengan kecanggihan teknologinya, namun di satu sisi mampu mempertahankan kekhasan budayanya yang berusia ratusan tahun. Keberadaan kuil-kuil traditional, profesi geisha, dan banyaknya jumlah becak Jepang adalah contoh bagaimana Negri Sakura ini terus berupaya mempertahankan budaya mereka.

Selain itu, sama seperti Indonesia, Jepang adalah Negara multikultur dengan jumlah penduduk yang banyak, dikelilingi lautan dengan ribuan pulau, serta memiliki catatan sejarah bangsa yang panjang. Berbicara soal sejarah tentu kita masih ingat akan penjajahan Jepang yang terjadi di Negri kita puluhan tahun silam? Maka mengunjungi Negri yang sering disebut sebagai the land of the rising sun ini adalah sekaligus untuk belajar membangun dan lebih menghargai bangsa kita sendiri.

Setelah mendarat di Jepang dan memulai petualangan, saya semakin sadar Jepang adalah Negri paradoks dimana sisir kecil berbahan dasar kayu bisa dijual seharga ¥10.000 (Rp 1.000.000) dan buku terkenal karya Haruki Murakami dijual hanya ¥ 100 (Rp 10.000). Di  negara dengan jumlah penduduk lebih dari 30 juta orang ini kita bisa dengan mudah menemui dewa-dewa penolong saat sedang dibingungkan dengan rute subway yang begitu kompleks. Walaupun terkesan sibuk dan dingin, orang-orang Jepang ternyata sangat suka menolong! Segala sesuatunya terasa tarik-menarik, namun inilah yang membuat Jepang begitu menarik untuk dikunjungi.

Wisata dan Berbagai Festival Gratis

becak jepang 4
Untuk menikmati keindahan Jepang, banyak tempat wisata murah meriah yang ditawarkan, beberapa diantaranya bahkan gratis! Wisata gratis ini meliputi taman (seperti Ueno Park dan Yoyogi Park), kuil dan pura (seperti Meiji-Jingu/Meiji Shrine dan Sensoji Temple), pasar (Tsukiji Fish Market), hingga area pertokoan yang sangat populer (seperti Shibuya, Shinjuku, Harajuku dan Akihabara). Kita juga bisa berfoto di depan Tokyo Tower (tiket naik ke lantai atas ¥ 1.200/Rp 120.000), ataupun menikmati sunset dari Observatori lantai 45 di Tokyo Metropolitan Government (TMG) Building. Semuanya gratis!!

Tokyo merupakan ibu kota sekaligus kota yang sangat terkenal di Jepang. Kota ini terkenal dengan sebagai kota industri yang sangat modern. Namun, bila kita ingin mengunjungi daerah dengan atmosfir kota Tokyo di masa lalu, kita bisa mengunjungi area Asakusa. Sejak jaman dulu, area ini terkenal sebagai pusat hiburan dan wisata. Area Asakusa sempat rusak karena perang dunia ke-2, namun bukan Jepang namanya bila tidak segera bangkit dan menata diri.

sakura 2 Area Asakusa terkenal dengan Dempoin temple, kuil Buddha yang dibangun pada abad ke-7, Kaminarimon (Kaminari Gate), Sensoji Temple, dan Asakusa Shrine. Di area ini terdapat pusat perbelanjaan bernama Nakamise yang menjual berbagai makanan khas tradisional Jepang serta berbagi souvenir menarik.

Mengelilingi area Asakusa cukup dilakukan dengan berjalan kaki. Namun, bila ingin mencoba pengalaman berbeda, kita bisa naik becak dengan membayar ¥ 8.000 (Rp 800.000) untuk 30 menit perjalanan. Wah mahal ya?! Yap! Namun harga ini sudah termasuk penjelasan dari tukang becak terlatih yang sekaligus berperan sebagai pemandu wisata.

Selain mengunjungi berbagai tempat wisata, jangan lupa menghadiri festival dan pertunjukan yang diadakan di pusat-pusat kota. Terutama saat musim panas, banyak festival-festival menarik yang diadakan, misalnya saja Obon Matsuri (festival arwah) yang diadakan pada pertengahan bulan Agustus setiap tahunnya. Festival ini cukup menarik karena dihadiri oleh ratusan orang Jepang yang mengenakan yukata (kimono sederhana). Saat semua orang sudah berkumpul, mereka akan membentuk lingkaran dan menari bersama diiringi musik traditional Jepang. Festival ini diadakan sebagai wujud persembahan bagi arwah para leluhur. Orang Jepang percaya arwah-arwah akan hadir dan ikut menari bersama mereka sebagai tanda sukacita.

Festival lainnya adalah festival kembang api dan festival lampion yang diadakan pada malam hari saat musim panas. Kemeriahan festival-festival ini seperti menyambut tahun baru yang penuh kegembiraan. Selain menghadiri festival, kita juga bisa menyaksikan beragam pertunjukan traditional Jepang. Pertunjukan itu diantaranya tarian Maiko/Geisha di Gion, Kyoto (IDR ¥ 2.500/Rp 250.000), pertandingan sumo (IDR ¥  2.100-14.300/ Rp 210.000 - Rp 1.430.000), hingga kabuki di Kabukiza Theater (IDR ¥ 3.000/ Rp 300.000).

Subway?? Kereta??? Monorail??? Aaaaa!!!

sakura

Selain Tokyo, sebetulnya banyak daerah lain di Jepang yang sangat menarik untuk dikunjungi. Daerah-daerah itu diantaranya Hiroshima, Kyoto, dan Osaka. Karena letaknya yang agak jauh di luar kota Tokyo, kita memang perlu menganggarkan biaya khusus untuk transportasi. Selain naik pesawat atau menumpang bullet train seperti shinkansen, bus malam seperti Willer Express bisa dijadikan pilihan! Biasanya Willer Express memiliki harga khusus untuk reservasi turis asing. Selain irit karena harganya terjangkau, dengan menumpang bis malam kita bisa sekalian menghemat biaya penginapan karena tidur di dalam bis. Bis ini memiliki kursi berbentuk couch yang memang dirancang cukup nyaman untuk beristirahat.

Bagaimana kalau saat naik bis kita lapar? Apa ada tukang jualan makanan di dalam bis? Jangan khawatir, bis malam di Jepang memiliki peraturan yang mengharuskan mereka berhenti beberapa kali di tempat peristirahatan saat sedang dalam perjalanan panjang. Tempat-tempat peristirahatannya dilengkapi dengan toilet yang sangat bersih dan convenience store yang besar. Jadi saat bis berhenti kita bisa membeli makanan atau minuman. Perut kenyang, hati senang, tidur tenang! :)

Bagaimana dengan sistem transportasi di dalam kota, seperti Tokyo? Tokyo memiliki jalur subway dan kereta dengan banyak pilihan. Walaupun jalur-jalur ini dekelola oleh beberapa perusahan berbeda, namun jalur transportasinya saling terintegrasi. Untuk memudahkan transportasi, kita bisa membeli prepaid travelcards, seperti SUICA dan PASMO yang dijual di stasiun-stasiun besar.

Menggunakan travelcards ini memiliki banyak keuntungan, misalnya saja kartu ini bisa digunakan untuk menumpang berbagai transportasi yang terintegrasi seperti subway, JR train, monorail, hingga express train. Selain itu kartu ini bisa digunakan untuk berbelanja di convenience store dan untuk membeli minuman/makanan di vending machine. Karena model pembayarannya yang berupa deposit, kita bisa mengisi kartu ini  dengan sejumlah uang yang akan berkurang sesuai pemakaian. Bila saat perjalanan usai ternyata di kartu itu masih ada depositnya, maka kita bisa menukarnya kembali untuk mendapatkan cash back.

Setiap kota memiliki model transportasi berbeda. Misalnya saja transportasi utama di Kyoto adalah bis, sedangkan transportasi di Hiroshima adalah term (kereta di tengah kota). Walaupun berbeda-beda, seluruh kota di Jepang memiliki sistem trasportasi yang terintegrasi sehingga memudahkan penumpang dalam dalam memilih transportasi yang terbaik untuknya. Namun ingat, prepaid travelcards di tiap kota berbeda sehingga kita harus memastikan dulu ya kartu yang digunakan sebelum melakukan perjalanan!

Mendaki Gunung Fuji 

sakura 1
Mengunjungi Jepang tidak lengkap rasanya bila tidak mendaki Gunung Fuji. Fujisan (Gunung Fuji) merupakan gunung tertinggi di Jepang (3.776 m) yang terletak di perbatasan perfektur Shizuoka dan Yamanashi, di sebelah barat Tokyo. Walau terkenal dengan track yang berat dan panjang, namun Gunung ini bisa didaki oleh seorang pemula sekalipun.

Untuk mencapai puncak Fujisan, ada 5 rute yang dapat kita pilih: Ochudo trail, Yoshida trail, Subashiri trail, Fujinomiya trail, dan Gotemba trail. Yoshida trail paling banyak dipilih karena aksesnya paling mudah dari Tokyo. Cukup dengan menumpang Keio Bus dari Shinjuku Station https://www.highwaybus.com/ selama 2,5 jam maka kita akan mencapai 5th station, gerbang pendakian Fujisan. Untuk menghindari cuaca dingin yang ekstrim, rute pendakian Yoshida trail hanya dibuka pada waktu summer, yakni bulan Juli-Agustus setiap tahunnya. Pada musim panas inilah ribuan orang Jepang dan turis asing dari berbagai belahan dunia berbondong-bondong mendaki puncak Fujisan.

Bagi orang Jepang, mendaki gunung adalah persembahan dan doa kepada para dewa. Sebagaimana lari marathon atau bermain golf, mereka juga menganggap naik gunung sebagai sarana olah raga. Maka mendaki Fujisan bersama ribuan orang dalam waktu bersamaan adalah pengalaman yang tak bisa dilewatkan begitu saja! Tidak ada biaya yang harus dibayarkan untuk mendaki Fujisan, alias free!

Food... Food... Food...

sakura 3

Jepang adalah surga makanan! Banyak makanan murah dan enak yang dijual di Jepang. Makanan-makanan itu mulai dari bento, ramen, sushi, udon, onigiri, dll.

Tentu kita sudah tidak asing lagi dengan Takoyaki? Yup, camilan Jepang berbentuk bulat seperti bola pingpong, berbahan baku tepung terigu dengan isian gurita dan taburan katsuobushi (serutan ikan kering) memang banyak dijual di negara kita. Di Jepang, takoyaki terasa lebih gurih dengan potongan gurita yang lebih besar. Yummie! Kedai-kedai takoyaki bisa ditemui hampir di semua daerah, di banyak tempat-tempat umum, seperti stasiun dan lokasi wisata. Harga satu porsi takoyaki ¥ 300-600 (Rp 30.000 - 60.000).

Sebelum meninggalkan Jepang, ada baiknya juga kita mencoba okonomiyaki. Makanan ini sangat terkenal di Hiroshima dan di Osaka. Okonomiyaki merupakan adonan tepung yang ditambahkan irisan kol, tauge, telur, dan tambahan isi seperti daging daging sapi, cumi-cumi, ataupun udang. Biasanya okonomiyaki juga ditambahkan udon/mie Jepang sehinga mengenyangkan perut. Rahasia kelezatan okonomiyaki terletak pada saus okonomiyaki yang dioleskan di atas campuran adonan tadi. Rasanya sungguh nikmat! Harga satu piring okonomiyaki sekitar ¥ 750-1.000 (Rp 75.000 -100.000).

Where to stay?

sakura

Selama di Jepang kita bisa menyewa dormitory budget hostel seharga ¥ 2.000-2.500 (Rp 200.000-250.000) /orang/malam. Kamar dormitory biasanya dihuni oleh 6-8 orang dengan bentuk tempat tidur berupa bunk bed (kasur susun). Kamar dormitory dibedakan menjadi 2, female only dan mixed room. Kita bisa memilih kamar sesuai dengan keinginan kita! Salah satu budget hostel yang lumayan laris di Jepang adalah Khaosan Tokyo dan J-Hoppers.

Fasilitas yang ditawarkan biasanya berupa kamar mandi dengan water heater, akses komputer dan internet gratis (termasuk layanan wifi gratis), printer, TV, mesin cuci, serta berbagi perlengkapan dapur (teko, oven, kompor, kulkas, dll) yang bisa digunakan secara sharing dengan penghuni lainnya.

Banyak pengalaman menyenangkan selama tinggal di dormitory yang tidak bisa kita dapatkan saat menyewa private room di hotel berbintang. Pengalaman-pengalaman itu diantaranya bisa mengenal teman-teman baru dari berbagai belahan dunia, mempraktekan kemampuan bahasa asing kita, mengadakan acara-acara seru bersama seperti membuat pesta atau perayaan tertentu, serta belajar untuk sharing dan bertanggung jawab atas fasilitas yang kita gunakan. Karena sifatnya yang self-service, setiap tamu yang tinggal di hostel harus memperhatikan kenyamanan bersama, misalnya dengan mencuci piring dan gelas sehabis pakai, membereskan meja, merapikan tempat tidur, dll. Dengan cara seperti ini, kita akan merasa nyaman tinggal di dormitory seperti tinggal di rumah sendiri.

So, ingin berwisata ke Jepang? Tunggu apa lagi, ayo kita rencanakan perjalanan ke Negri Sakura! :)

(DPN, 2013)
  •  
  •  
  •  
  •  
rambutkriwil rambutkriwil Author

Ziarah Leluhur Dan Makna Sebuah Kehidupan

ziarah leluhur 2

Pagi-pagi benar saya sudah dibangunkan warga, “Ayo teh, ikut ziarah leluhur.”

Angin dingin berhembus dari sela-sela jendela. Dingin yang membekukan tulang belulang hingga ulu hati. Saya merapatkan selimut, bergulung sesaat di atas matras tipis yang saya bawa dari Jakarta. Jari tangan dan kaki seperti kaku-kaku. Dari balik bilik kamar bambu ini saya mendengar gerimis jatuh membasahi tanah. Tes… tes… suaranya mendamaikan jiwa.

Perlu waktu beberapa saat sebelum saya betul-betul membuka mata dan melemaskan pergelangan kaki dan tangan. “Jauh nggak?” tanya saya.

“Ada dua tempat, yang jauh dan dekat. Boleh pilih yang mana.”

Sambil menguap saya menjawab, “Ah, saya yang dekat saja!” Bukankah jauh atau dekat keduanya akan berakhir pada satu destinasi yang sama, satu akhir yang sama, yakni sebuah pemakaman yang dipercaya sebagai makam leluhur.

Saya kemudian bangun, membuka jendela…  dan mengucapkan, "Selamat pagi Sindangbarang!"

ziarah leluhur 5

Sindangbarang merupakan sebuah desa yang terletak di Pasir Eurih, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor. Di tempat ini, setiap tahunnya diadakan acara adat Serentaun, pesta panen raya masyarakat Sunda Ladang. Acara ini dimaksudkan sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang mereka peroleh.

Serentaun sudah berlangsung sejak jaman kerajaan Pajajaran. Acara yang juga dimaksudkan sebagai upaya membangkitkan jati diri budaya masyarakat Sunda ini sempat berhenti selama 36 tahun, sebelum akhirnya dihidupkan kembali oleh masyarakat Sindangbarang dan dijadikan sebagai agenda tahunan.

Setiap tahunnya, pada bulan Muharam, selama 7 hari berturut-turut, berbagai ritual dan penampilan kesenian traditional diselenggarakan dalam acara Serentaun. Acara yang dimaksudkan untuk ngauri-uri budaya leluhur itu diantaranya adalah nandur (menanam padi), angklung gubrag (penampilan kelompok angklung yang dimainkan oleh wanita setempat), ngalalauk (lomba menangkap ikan di sungai), dan tentu saja ziarah leluhur.

ziarah leluhur 4
ziarah leluhur 6

Pagi itu, warga berkumpul di depan rumah ketua adat dengan membawa berbagai persembahan. Sambil menabuh alat musik traditional, warga kemudian berjalan menyusuri ladang dan area persawahan menuju ke makam leluhur yang letaknya tak jauh dari desa. Warga berpindah dari satu pemakaman menuju pemakaman lainnya dalam iring-iringan kelompok, nyaris seperti karnaval namun dalam keheningan yang berbeda.

Agak siang, warga membagi diri menjadi dua kelompok untuk berziarah ke makam yang letaknya lebih jauh. Saya memilih bergabung dengan kelompok pertama, karena menurut warga, letak makam ini lebih dekat dibandingkan makam yang dituju oleh kelompok kedua.

Namun, hari itu saya lupa menanyakan satu hal kepada warga. Bukan perihal jarak atau waktu yang akan kami tempuh, melainkan soal medan yang akan kami lalui. Bagaimana medannya? Apakah berat ataukah ringan?

Belum sempat saya menanyakan hal tersebut kepada warga, di hadapan saya sudah terhampar semak belukar dengan pohon-pohon tinggi menjulang. Glek, saya menelan ludah, lalu mengeringkan keringat di pelipis mata. Hutan tropis dan jalan setapak seakan mengucapkan salam pada saya, "Selamat datang di Gunung Salak!"

Gunung Salak dan Makna Kehidupan

ziarah leluhur 1

Langkah demi langkah saya lalui. Sudah hampir dua jam saya mendaki. Rasanya ingin menangis. Dimana akhir yang dinanti? Sementara kaos semakin basah karena hujan yang semakin deras dan peluh yang menjadi satu.

Saya menoleh ke belakang. Warga tersenyum. Mereka tahu penderitaan saya. Mereka tahu mungkin saja saya tak sanggup berjalan lagi untuk mencapai akhir yang dinanti. Namun, dengan kesabaran, warga setia menemani. Dari pancaran matanya terlihat bahwa mereka percaya kami akan sampai di atas bersama-sama.

“Kenapa nggak bilang dari tadi kalau medannya curam begini?” keluh saya.

Ini pertama kalinya saya mendaki gunung. Saya merasa tertipu. Seharusnya saya tahu lebih awal, ketika mereka bilang dekat bukan berarti tak berat. Muka saya memerah, menahan letih tak terkira.

“Kalau dikasih tau, nanti teteh malah nggak sampai sini,” jawab warga sambil terkekeh.

Tubuh saya semakin kesakitan. Beberapa kali saya terpeleset. Kaos putih saya pun sudah berubah warna menjadi kecoklatan serupa dengan lumpur yang membalut luka dan lecet di tangan dan kaki.

Setelah jalan, mendaki, terpeleset, jatuh, bangkit, jalan lagi, terpleset lagi, berpegangan pada akar dan rerumputan, akhirnya saya sampai pada sebuah akhir yang dinanti. Makam leluhur!

ziarah leluhur 7

Bersama warga, kami bersujud. Di hadapan kami terlihat segumpal tanah yang dipercaya sebagai makam leluhur. Makam ini dikelilingi pohon-pohon yang tinggi menjulang. Saya menengadah. Hujan turun membasahi tanah. Tanah yang dipercaya sebagai leluhur, nenek moyang, asal muasal warga Sindangbarang.

Doa-doa dilagukan. Alam sungguh agung, Tuhan maha besar. Di hadapan alam, kami melihat keindahan maharencana. Keindahan tak terbandingkan. Hujan dan kabut turun menyelimuti alam dan manusia, memberi kesan mistis, seolah leluhur sungguh hadir di antara kami.

Di antara derai hujan yang turun membasahi tanah, saya merasakan kehadiran leluhur seperti ingin menyapa kami, anak-cucu-nya yang berjuang mendaki gunung demi bertemu dengannya.

Saya langsung menyesali keluhan-keluhan yang tadi saya lontarkan. Letih tak sebanding dengan keagungan ini. Ah, betapa kita, manusia, seringkali alfa dalam mensyukuri nikmat yang diberikan alam. Bersama warga Sindangbarang, Bogor, saya belajar makna sebuah kehidupan. Kehidupan sejatinya adalah perjuangan yang tak pernah usai untuk sampai pada akhir yang dinanti.




(DPN, 2013)
Ps: Tulisan ini pernah dimuat dalam  http://www.greensands.info/ dalam versi yang lebih pendek untuk keperluan lomba.
  •  
  •  
  •  
  •  
rambutkriwil rambutkriwil Author

Tokyo Rickshaw

becak jepang 1

Saat melangkahkan kaki keluar dari penginapan di area Asakusa, Tokyo, Jepang, saya bertemu pria-pria tampan yang berdiri di pinggir jalan. Pria-pria bertubuh atletis itu berwajah rupawan, dengan senyum yang menawan. Aaaaa..... Langsung ge-er!!!! Hari pertama di Jepang, sudah dibanjiri senyum-senyum ramah dari pemuda-pemuda Jepang.

Rasa ge-er ini tidak berlangsung lama. Saat pipi saya masih bersemu merah, tiba-tiba pria tampan tadi menyodorkan brosur pada saya. "Tokyo Rickshaw" tertulis di atas brosur itu!! Ditulis dalam huruf besar dan tebal. Di bawah tulisan itu terdapat deretan angka-angka dalam mata uang yen yang membuyarkan pikiran. Apa-apaan nih?!! Jerit saya dalam hati. Kemudian saya celingukan melihat ke kiri dan ke kanan, mencari jawaban dari kebingungan ini.

Setelah menyadari bahwa di dekat kami ada deretan becak berwarna hitam dengan kursi berwarna merah terang, saya baru ngeh, ternyata pria-pria tampan ini adalah tukang becak yang sedang menawari jasa berkeliling kota naik becak!! Pantesan saja mereka begitu ramah... Hikss.

becak jepang 2Dalam bahasa Jepang, rickshaw alias becak disebut sebagai jinrikisha  (人力車), artinya "man power the car" atau kendaraan bertenaga manusia. Bila di Indonesia becak dikendarai dengan dikayuh layaknya sepeda, maka di Jepang, becak ditarik oleh tenaga manusia. Penumpangnya sendiri, biasanya terdiri dari satu hingga dua orang, duduk manis di belakang si pengemudi becak.

Di Jepang, becak Jepang banyak terdapat di distrik-distrik wisata seperti di area Asakusa, Tokyo. Area Asakusa terkenal dengan atmosfir Tokyo pada masa lalu. Tempat-tempat wisatanya terdiri dari Kaminarimon, Sensoji Temple, Asakusa Shrine, dan Nakamise Shopping Street. Selain di Tokyo, becak Jepang juga terdapat di Miyajima (sebuah pulau kecil di dekat kota Hiroshima) dan Kyoto.

Pagi itu, dengan semangat 45 saya mengawali hari menelusuri area Asakusa di Tokyo, Jepang. Saat itu pukul 08.00, area Asakusa masih belum begitu ramai. Mayoritas orang Jepang mengawali kegiatan mereka di luar rumah pada pukul 08.30 sehingga suasana kota masih tergolong lenggang.

Bila selama ini saya mengenal Tokyo sebagai kota yang modern dan serba canggih, namun di area Asakusa, suasana Tokyo lawas mampu bersaing dengan kemajuan jaman. Keberadaan becak-becak Jepang ini buktinya! Dengan keberadaan becak-becak Jepang, suasana Tokyo hadir seperti masa lalu, seperti suasana Jepang yang sering muncul dalam film-film kolosal Jepang abad ke-18.

becak jepang 4
Penasaran, keesokan harinya saya kembali ke area Asakusa, tepatnya menuju daerah dekat sungai Sumida dengan jembatannya yang berwarna merah (Azuma Bridge). Di dekat stasiun Asakusa ini terdapat banyak tukang becak yang berusia sekitar 20-35 tahun sedang menawari jasa mereka kepada orang-orang yang berlalu lalang. Kalau sebagian besar anak muda di negri kita malu mengerjakan pekerjaan-pekerjaan kasar, di Jepang anak muda tidak malu jadi tukang becak.

Saat sedang mengamati tukang becak yang sedang bertugas, seorang pemuda menyapa saya. Wajahnya lumayan oke dengan kulit berwarna coklat, khas orang Asia. Pemuda itu mengenakan kaos putih, celana pendek, sepatu teplek, dan sesuatu semacam celemek di dada. Dari penampilannya, saya menyimpulkan profesinya sebagai tukang becak.

becak jepang 3

"Where do you come from?" tanya pemuda itu, ramah. 

"I come from Indonesia," jawab saya singkat. 

"Aaa, Indonesia!" serunya. "Jakarta?"

"No, Yogyakarta."

"Aaa... Jakarta?"

"No, Yogyakarta!" Kami kemudian tertawa. Banyak orang Jepang yang tidak bisa membedakan pelafalan kota Jakarta dan Yogyakarta, sehingga menyebutkan kota asal saya di Indonesia sering saya jadikan guyonan untuk berbicara dengan penduduk lokal.

"I see... I see..." kata pemuda itu dengan senyum mengembang. *meleleh*

Setelah berbincang-bincang selama beberapa waktu, akhirnya saya tahu nama pemuda itu Satolu Nakanishi, "Just call me Lou," katanya, bersahabat.

Lou adalah pemuda Jepang yang sadar akan perkembangan jaman. Ia mempraktekkan bahasa Inggris di negri Britania Raya sembari berkuliah di Bradford University untuk program pendidikan Conflict Revolution. "That's why you speak English very good," puji saya. Lou mengangguk, "Yes, I do."

Dari Lou saya mengetahui bahwa mayoritas pengemudi becak di Jepang menjadikan pekerjaan ini sebagai profesi sampingan. Profesi utama mereka sendiri beragam, mulai dari polisi, guru, hingga mahasiswa. Bila Lou sudah bekerja sebagai pengemudi becak selama 5 tahun, maka salah seorang temannya telah menekuni profesi ini selama 12 tahun.

Untuk menumpang becak Jepang kita harus merogoh kocek lumayan dalam. Tarifnya 8.000 ¥ (Rp 800.000) untuk 30 menit perjalanan. Biasanya turis akan menumpang becak selama 30 hingga 60 menit perjalanan keliling kota.

Dalam sehari para pengemudi becak ini rata-rata membawa penumpang berkeliling kota hingga 10 kali. Bayangkan berapa pendapatan mereka dalam sehari!! Lou kemudian bercerita bahwa tahun lalu ia mengantar seorang turis asing menuju Yokohama dengan mengendarai becaknya itu. Perjalanannya sendiri memakan waktu hingga 4 jam dengan menarik becak.

"You must be very healthy," kata saya pada Lou. Dia terkekeh.

becak jepang 5Walaupun kelihatannya mudah, tinggal menggunakan kemampuan fisik lalu memiliki banyak uang, namun menjadi tukang becak di Jepang tidak sesederhana itu. Para pengemudi becak ini harus terdaftar menjadi salah satu anggota dari kelompok becak yang ada di Jepang, seperti Tokyo Rickshaw, Ebsu-ya, atau Jidai-ya. Mereka juga diharuskan mengikuti kursus pariwisata yang diadakan oleh lembaga promosi pariwisata setempat. Mereka disiapkan tidak hanya untuk mengantar penumpang dari satu tempat ke tempat lainnya, namun sekaligus berperan sebagai pemandu wisata.

"What makes you enjoy becoming a rickshaw rider then?" tanya saya pada Lou saat mengetahui pekerjaan utamanya di lembaga Conflict Revolution. Mungkin penghasilan dari pekerjaan itu sudah cukup untuk menghidupi dirinya.

Lou kemudian bercerita ketika ia kuliah di Inggris, banyak orang bertanya mengenai Jepang, mulai dari sejarah hingga kebudayaannya. "At that time I realized I know nothing about my country." Dengan menjadi tukang becak Lou bisa bercerita mengenai Jepang kepada orang atau teman yang datang dari Negara lain.

Jika Lou menggunakan becak sebagai media untuk mempertahankan kelestarian sejarah dan kebudayaan Jepang, bagaimana dengan kita? Apa yang sudah kita lakukan untuk menjaga kekayaan alam dan budaya bangsa Indonesia?

Lou kemudian menawari saya berkeliling dengan becak, "Want to go around the city by rickshaw? Don't be shy," katanya. Saya menggeleng. Kantong saya bolong, dirogoh sampai dalam pun tak akan keluar uang untuk naik becak. Hahaha!



[DPN, 2013]

  •  
  •  
  •  
rambutkriwil rambutkriwil Author

Grandpa's Funeral


My grandpa has passed away, just one hundred days after his wife, my grandma, has left him. In the last moment, my grandpa told the whole family, "I don't want anything, but my wife." He closed his eyes, and the eyes closed forever.

It is always hard for me, I am sure also for everyone else, to lose our beloved one. Grandpa very means for me. Recalling my memories when he was alive makes me feel sad over more than realized he has passed away. Memories can only be remembered, but it will never happen for the second or third time.

By the way of his life, grandpa always told me about sincerity, patience, and gratitude of what do we have. It is so important, he said, more important than all the material belongings we always proud of.

I miss all the moment when he laugh, worried about me, gave me advices, did many things that sometimes felt no sense. Then I should say, we may have someone's love, soul, or body, but we may not determine someone's destiny.

If some time ago grandpa looked so excited for the holy sacrament he had received, now on I am sure grandpa feels happy since he can live a life together with my grandma, his beloved one.

Beside grandma's grave, granpa's body was buried. We were crying for losing someone we love. As the fact of losing someone always followed by a hope, I know my grandpa lives in a better place now.

May you rest in peace, grandpa.... Your faith guided you to pass the life. I am happy for you and always love you.....

Some writings about my grandparent:

1. "Faith is taking the first step even when you can't see the whole staircase."
2. Rest in Peace, Eyang...
3. Pencitraan Diri Dalam Foto 




rambutkriwil rambutkriwil Author

rambutkriwil

chronicle of a curly girl to live a life

Featured Post

MOVE TO RAMBUTKRIWIL.COM

HI YOU! NOW THIS BLOG MOVE TO RAMBUTKRIWIL.COM NOW THIS BLOG MOVE TO RAMBUTKRIWIL.COM   NOW THIS BLOG MOVE TO RAMBUTKRIWIL.COM   SE...

Latest Posts

Instagram Post!

Followers